Pengen tahu REVIEW BOOK yang oke?? Atau pengen baca CERPEN karya orisinil dari anieztaa? Welcome to my worlds, It's all about "ANIEZTAA FEELS"

Sunday, January 24, 2010

KARMA!!

Selalu pria ini yang duduk di nomor meja 17. Dia memang pelanggan Caffeine Café yang setia. Hampir tiap hari ia mengunjungi Café ini. Memesan secangkir coffee latte dan cheese cake yang sama. Duduk di sisi yang sama. Hanya satu yang membuatnya berbeda saat mengunjungi Café ini. Dia membawa wanita yang berbeda tiap kali berada di Café ini. Dalam seminggu ia bisa mengajak lima wanita berbeda. Dan hebatnya lagi ia tak pernah kena ada masalah dengan itu. Padahal wanita yang diajaknya ke sini adalah pacarnya. Bagaimana aku bisa tahu? Karena si wanita memanggilnya beib, kadang yank, atau apalah panggilan sayang lainnya. Beda wanita yang di ajaknya, beda pula panggilannya. Hanya seorang wanita bersamanya yang memanggil nama aslinya. Nama pria itu adalah Revan.

Suatu sore Revan mengajak seorang wanita lagi. Hmmm, wanita yang ini belum pernah aku lihat sebelumnya. Dia mengajak wanita itu duduk di tempat favoritnya. Ia pun memesan kopi dan makanan kesukaannya. Revan mulai menggombal. Aku benar-benar muak dengan makhluk yang satu ini.

“Rish, aku seneng banget kenal kamu. Kamu beda dengan cewek-cewek aku sebelumnya. Memang dulunya aku playboy tapi aku udah capek dan bosan jadi playboy.

Cewek yang dipanggil Rish tersenyum. “Masa?” tanyanya ragu.

“Terserah kamu kalo nggak percaya. Aku serius.” Tukas Revan dengan memasang muka marah.

“Iya-iya, aku percaya kok. Jangan ngambek dong?” Pinta si Rish.

“Huffft, tuh kan bener.”

“Emm, Rish aku pengen ngomong ini tapi susah banget.”

“Hmm? Ngomong apa?” tanya si Rish dengan nada menggoda. Seolah ia tahu apa yang akan dikatakan oleh Revan.

“Yang itu lho Rish. Yang di sms aku waktu kamu udah mau tidur.” Tukas Revan sambil menggaruk-garuk kepala.

“Apa? Met bobok?”

“Bukaaan! Yang habis itu. Haduuuh. Susah banget ngomongnya. Huh, baru sekali ini beneran suka sama cewek malah susah ngomongnya.” Keluh Revan masih dengan garuk-garuk kepala bingung.

“Apaan sih? Miss u?”

“Nah, yang habis itu. Idih, kamu ngerjain aku ya Rish. Udah tahu aku susah ngomongnya kamu malah mojokin aku.”

“Haha. Iya, aku tahu kok ‘Love U’ kan? Habis kamu lucu sih salah tingkah gitu.” Ucap si Rish sambil terkikik geli melihat tingkah Revan.

“Iya, bener itu. Hehe. Ya maklum Aerish. Dulu aku gampang banget bilang cinta karena aku nggak bener-bener cinta. Kalo ngomong yang beneran dari hati itu susah banget. Kamu sih nggak ngerasain.”

Ya, itulah cara Revan mendapatkan hati wanita. Sebuah cara yang bisa membuat wanita yang diinginkannya mempercayai semua yang ia katakana.

***

Ada seorang wanita yang aku kagumi diantara pacar-pacar Revan. Dialah yang memanggil Revan dengan namanya. Tak ada panggilan sayang. Revan memanggilnya Cherry. Cherry bener-bener cewek tangguh dan satu-satunya yang tak takluk pada Revan.

“Van, ambilin dompet sama hapeku di mobil dong!” Perintah Cherry pada suatu sore di Caffeine Café.

Revan menurut, ia keluar dari Café sebentar untuk mengambil apa yang diminta oleh Cherry. Sesaat kemudian Revan kembali duduk di kursinya. Pesanannya sudah datang. Saat Revan bersama Cherry raut mukanya berubah. Dia nggak berani ngegombal di depan Cherry. Pernah dulu Revan menggombali Cherry, sebelum Revan berpura-pura marah Cherry lebih dulu pergi meninggalkannya. Semenjak itu Revan tak pernah lagi coba-coba menggombali Cherry.

Menurut pandanganku Revan benar-benar cinta mati pada Cherry. Sedangkan Cherry tampak cuek terhadap Revan. Tiap kali mereka bertemu di sini tampak Revan yang lebih banyak bicara, sedangkan Cherry lebih sering tak menggubrisnya dan lebih asik dengan ponselnya sendiri sambil kadang tersenyum sendiri. Tiap Revan tanya apa yang membuatnya geli, Cherry cuma menjawab “ada deh urusan cewek.”

Aku suka sekali bagian ini. Revan tampak teraniaya jika mengajak Cherry ke sini. Tak ada yang bisa perbuat. Mungkin jika cewek lain yang memperlakukannya seperti itu, pasti akan langsung diputus oleh Revan. Namun karena dia cinta mati, Revan benar-benar hati-hati dalam menjaga hubungan mereka atau hubungan mereka akan berakhir.

Yang membuatku bertanya-tanya adalah, “Apa sih yang ada di pikiran lelaki bernama Revan ini? Kalo dia sudah cinta mati dengan seorang wanita kenapa masih juga selingkuh? Apa motifnya? Apa karena dia merasa tertindas sehingga ia melampiaskan uneg-unegnya pada wanita lain?”

Revan lebih pantas dikasihani daripada di benci. Di saat banyak wanita memujanya dan tak ingin kehilangan dirinya dia justru terperangkap dalam dilemanya sendiri, dia diinjak-injak oleh wanita yang disukainya, disayanginya, bahkan sangat ia cintai. Menyedihkan.

Apakah di dunia manusia itu kadar cinta sepasang kekasih tak pernah sama? Seimbang? Selalu yang kuamati selama ini pasti ada yang lebih mencintai dan ada yang kurang? Apa kadar cinta yang seimbang cuma ada di film atau sinetron yang ada di tv?

***

Siang ini Revan tak seperti biasanya. Kali ini dia mengajak seorang pria lagi bersamanya. Hmmm… apa jangan-jangan dia sudah bosan dengan wanita lalu beralih menyukai sesama jenis? Manusia memang sungguh aneh. Aku tak mengerti apa yang ada di pikiran mereka.

Seperti biasa Revan memesan makanan favoritnya di sini. Demikian juga dengan pria yang di bawa Revan ke sini.

“Sat, aku bingung nih harus gimana lagi ngadepin Cherry,” mulai Revan dengan menjambak-jambak rambutnya. Matanya merah dan berair karena berusaha keras untuk menahan air matanya keluar. Dia tampak putus asa.

“Aku heran sama kamu Van, orang kayak kamu kenapa bisa sampai seperti ini hanya karena wanita. Yang suka sama kamu banyak, yang mengelu-elukan untuk bisa pacaran sama kamu banyak. Kenapa nggak kamu putusin aja Cherry?”

“Oh, dugaanku salah, ternyata Sat ini teman si Revan. Baru kali ini Revan menunjukkan dirinya yang asli. Pasti dia sahabat dekat Revan. Hmmm…”

“Nggak bisa! Kamu kan tahu sendiri aku cinta mati sama Cherry. Aku nggak pengen kehilangan dia Sat.”

“Memang, kali ini ada masalah apa lagi sih Van?”

“Huh, beberapa hari ini dia nggak bisa dihubungi. Aku nggak tahu apa yang ia lakukan di belakangku. Aku harus bagaimana? Didiamkan seperti ini benar-benar membuatku hampir gila. Lebih baik jika dia marah atau apapun itu, yang penting jangan mendiamkan aku seperti ini.” Keluh Revan sambil mengacak dan menjambak-jambak rambutnya sendiri. Penampilannya menjadi acak-acakan dan tampak kusut. Padahal dia termasuk orang yang sangat menjaga penampilan. Karena tiap ada kaca dia selalu merapikan rambutnya. Metroseksual.

Teman Revan menggelengkan kepalanya. “Impas kan? Cherry juga nggak tahu apa yang kamu lakukan di belakangnya.”

“Bukannya nggak tahu Sat, aku rasa dia tahu tapi dia tak peduli.”

“Jadi kamu selingkuh di belakangnya hanya untuk melihat responnya?”

Revan mengangguk sedih. “Dia nggak peduli dengan apa yang aku lakukan. Seperti apa yang aku lakukan pada mantan-mantanku sebelumnya. Kamu tahu kan?”

Sat mengangguk. “Mungkin ini karmamu Van. Aku dan yang lain sudah dari dulu mengingatkanmu untuk tidak mempermainkan perasaan wanita.”

“Penyesalan memang selalu datang terlambat. Karma ini justru terjadi padaku saat aku benar-benar menyukai seorang wanita. Apa yang harus aku lakuin Sat? Apa aku harus memutus pacar-pacarku yang lain?”

May be, boy.”

“Apapun bakal gue lakuin buat mempertahankan Cherry.”

***

“Rish, ada yang mau aku omongin sama kamu.”

Aerish berhenti meminum cappuccinonya untuk mendengarkan. “Apa Van?”

“Kita udahan aja ya? Aku nggak pantes buat kamu. Kamu terlalu baik buat aku Rish. Emm, asal kamu tahu aja. Aku udah selingkuh di belakang kamu. Selama ini aku selalu merasa berdosa sama kamu. Aku terus-terusan merasa bersalah sama kamu.” Tukas Revan takut-takut.

It’s okay,” jawab Aerish tanpa terduga.

“Kamu baik-baik aja kan Rish?”

“Udah aku bilang aku baik-baik aja Revan. Kenapa emang? Pasti kamu bingung kenapa aku nggak marah sama kamu, bener kan?”

Revan mengangguk heran. “Iya, kok kamu nggak marah?”

“Huh, aku udah tahu semuanya kok Van. Selama ini aku nungguin kamu untuk jujur cerita semuanya.”

Revan kaget mendengar pernyataan Aerish. “Darimana kamu tahu?”

“Ceritanya panjang. Intinya aku kenal sama pacar kamu yang bernama Cherry.”

Revan terbengong-bengong. “Cherry?”

“Yep, Cherry. Dia ada di sini kok. Dia sengaja nungguin aku di mobil. Ah, itu dia Cherry,” tunjuk Aerish pada Cherry.”

Revan salah tingkah. Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Semuanya di luar rencananya.

“Van, kita juga udahan aja ya?” pinta Cherry begitu datang. “Yuk Rish kita pergi dari sini!” ajak Cherry kepada Aerish.

Sekarang tinggalah sendiri Revan. Ia menangis. Kali ini bukan air mata buaya melainkan air mata sesungguhnya karena dia kehilangan Cherry. Wanita yang sangat dicintainya. Hmm…apa perbuatan Revan di masa lalu benar-benar sudah keterlaluan? Sehingga orang-orang yang telah ia sakiti mengutuknya. Hingga saat ia mau bertobat pun dia telah terlambat dan kehilangan kesempatan. Maaf Van, aku tak bisa menghibur atau menasehati kamu. Segala sesuatu pasti ada karmanya. Aku hanyalah sebuah asbak yang diletakkkan di meja 17 Caffeine Café. Hanya sebuah benda yang jadi saksi bisu dari perjalanan cintamu.

***


Hmmmm...btw pada percaya nggak sih sama 'karma' itu???


3 comments:

  1. bagus nis. karma tu emang ada ko. lebih tepatnya apa yang kita panen ya apa yang kita tanam atau lakukan sebelumnya. yang membuat semua orang lupa dengan karma adalah perasaan dan nafsu. kalo 2 hal itu dah menjadi pemain utama ya udah de akal sehat bakal kehalang..

    ReplyDelete
  2. sipz bget dh niz critanya.
    karma itu penting karena dengan karma kita bisa ngrasain ap yg pernah kita lakukan ke org lain....
    hhe

    ReplyDelete
  3. i can't understand... but i know the title... karma,do something with faith in God,an action....
    but whats this?? :-(

    will u consider my previous request of translation ?? :-p

    ReplyDelete