Pengen tahu REVIEW BOOK yang oke?? Atau pengen baca CERPEN karya orisinil dari anieztaa? Welcome to my worlds, It's all about "ANIEZTAA FEELS"

Monday, November 8, 2010

Review Arsitektural Baroque

Masa Baroque di Eropa Tengah dimulai saat bagunan Romawi yang sekaligus mengakhiri masa Renaissance Michelangelo akhir abad 16, tepatnya St. Peter’s Basilica menjadi ikon pertama yang menandai masuknya masa Baroque. Dibangunnya St Peter’s Bassilica bisa diasumsikan sebagai resminya masa Renaissance berakhir.
Karakteristik bangunan Arsitektur Baroque adalah gayanya yang suka melebih-lebihkan. Ukuran bangunannya cenderung berskala besar dengan memadukan dan memperhatikan efek cahaya yang masuk dari beberapa jendela ke dalam ruang bangunannya. Selain itu, arsitektur Baroque juga dikenal dengan fresco atau lukisan di langit-langit bangunan yang biasanya menggambarkan suatu kisah tertentu. Tokoh-tokoh yang berperan dalam menyumbangkan ide arsitektur baroque diantaranya adalah :

Seorang arsitek baroque kelahiran Italia pada abad 17. Karakteristik dari karyanya adalah florid, bergaya ekspansive. Contoh hasil karyanya adalah katerdal San Carlo alle Quattro Fontane. Barromini bermain dengan ruang dan pencahayaan. Designnya cenderung lebih memperhatikan bentuk geometric daripada proporsi skala manusia.







Lahir di Naples, Italia pada tahun 1958. Karakteristik design Bernini merupakan gabungan antara arsitektur, lukisan, dan ukiran dengan bentuk yang dinamis. Salah satu rancangannya yang terkenal adalah Piazza Navona di Roma, Italia.






Lahir di Florence, Italia 1457. Meskipun dia seniman di masa Renaissance, namun detail ukiran yang dia ciptakan menandai awal baroque dan mengakhiri arsitektur klasik murni. Karakteristik khas design Michaelangelo adalah dengan menganalogikan ukiran dengan simetris tubuh ma
nusia.


Beberapa bangunan bekas masa Baroque yang masih ada hingga kini banyak dimanfaatkan sebagai tempat wisata, museum, dan gereja. Hal ini tentunya tidak mengejutkan karena keindahan arsitektur Baroque tentunya telah menjadi sebuah magnet bagi para turis untuk sekedar melihat atau mengagumi atau bahkan mungkin mempelajari desain arsitekturnya. Arsitektur Baroque kini banyak diterapkan oleh developer property untuk desain rumah atau taman karena konsepnya yang indah dan tentu menarik para investor.

Salah satu konsep dari arsitektural Baroque yang menarik adalah Piazza Navona yang didesain oleh Bernini. Piazza tersebut merupakan sebuah open space yang sangat menarik karena mampu membuat sebuah ruang kosong yang bisa digunakan sebagai transit orang-orang yang berpergian dengan dimanjakan oleh pemandangan arsitektural yang sangat indah dari Bernini.

Sunday, September 5, 2010

The Amazing Tokyo

Well, udah lama aku ngefans sama Kota Tokyo. Akhirnya sekarang ada kesempatan buat bikin postingan soal serba-serbi Kota Tokyo dari mulai jaman samurai sampai sekarang ini. Kebetulan banget aku dapet artikel yang oke soal Kota Tokyo. Trus, berhubung ada tugas buat review perkembangan morfologi kota mata kuliah Morfologi dan Arsitektur Kota jadilah ini.

Kalo mau liat artikelnya bisa klik disini

Artikel yang menarik bukan? Perkembangan Kota Tokyo hingga menjadi metropolitan seperti sekarang ini memang tidaklah singkat. Perlu waktu sekitar 400 tahun hingga bisa menjadi seperti sekarang ini. Tokyo dulu hanyalah berupa Desa yang lebih dikenal dengan Edo. Edo dulu hanya merupakan kampung nelayan, yang terdiri dari hanya beberapa ratus rumah kumuh. Namun, sekarang bisa kita lihat bahwa Tokyo berkembang pesat menjadi salah satu kota metropolis yang maju dan padat.

Perkembangan Desa Edo menjadi kota metropolitan Tokyo diawali dengan mendaratnya kapal AS ke Edo. Kekaisaran pun akhirnya jatuh di bawah pengaruh kebudayaan Barat. Pemerintah yang baru ini lantas memulai proyek untuk modernisasi Jepang. Kebudayaan tradisional pun sedikit demi sedikit mulai disandingkan dengan kebudayaan Barat. Edo kini lebih dikenal oleh umum dengan Tokyo.

Tak berhenti di situ, Tokyo sempat mengalami guncangan akibat gempa dan juga bom yang telah menghanguskan sebagian besar Kota Tokyo. Namun, bangsa Jepang yang terkenal akan semangatnya yang pantang menyerah memulai tugas berat untuk membangun kota kembali. Dalam empat dasawarsa terakhir telah ditandai dengan pembangunan yang berkesinambungan dengan jalan-jalan yang kian menjalar serta gedung-gedung pencakar langit semakin banyak menjulang.

Tak heran lagi apabila saat ini Tokyo menjadi kota terpadat di dunia. Meskipun begitu, Tokyo sangat menyadari kebutuhan lahan hijau yang kini keberadaannya telah banyak terpinggirkan oleh bertambahnya gedung-gedung. Belum lagi ditambah dengan jumlah mobil di jalan raya, telah menimbulkan kenaikan temperature di Tokyo.

Lantas apa yang bisa diperbuat oleh pemerintah di sana untuk mengatasi masalah tersebut? Pemerintah Kota Tokyo menetapkan kebijakan untuk menyisihkan 30 persen dari atap bangunan gedung bertingkat sebagai areal hijau atau lanskap. Keberadaan taman atap tersebut tentunya sangat penting bagi siklus ekologi bagi kota padat seperti Tokyo.

Kota maju dan berteknologi seperti Tokyo memang pada awalnya tidak bisa lepas dari pengaruh bangsa Barat yang modern. Namun, masyarakat di sana pada akhirnya sadar dan tidak hanyut oleh kebudayaan Barat. Mereka masih mempertahankan kebudayaan dan peninggalan-peninggalan warisan leluhur terdahulu.

Bila lebih diperhatikan bentuk Kota Tokyo tak seperti kota-kota metropolis di Barat. Blok-blok permukiman yang menyusun Kota Tokyo merupakan tinggalan jaman Edo. Ukuran blok-blok tersebut tidak teratur, ada yang besar dan kecil. Berbeda sekali dengan Barat, yang membuat blok-blok permukimannya sama rata ukuran maupun bentuknya.

Selain itu kebudayaan asli Jepang mulai kembali dikembangkan, agar tidak punah. Justru inilah maka Tokyo terkenal dengan kebudayaannya oleh masyarakat mancanegara. Tak heran, banyak turis mancanegara tertarik untuk lebih mendalami berbagai kebudayaan asli Jepang.

Lantas, apa yang bisa kita petik dari ini semua? Tokyo bisa dijadikan contoh untuk memperbaiki kota metropolis kita, Jakarta. Jakarta saat ini hanya memiliki ruang terbuka hijau yang tak banyak jumlahnya. Sangat tidak seimbang dengan kepadatan penduduk, bangunan-bangunan pencakar langit, serta volume kendaraan. Tentunya itu membuat masyarakatnya tak nyaman tinggal di sana.

Kebijakan taman atap di Tokyo bisa dicontoh oleh Pemerintah Kota Jakarta. Menyisihkan 30 persen atap bangunan bertingkat untuk lahan hijau.

Tak hanya itu saja, semangat pantang menyerah dan kesadaran masyarakat Tokyo perlu dicontoh oleh masyarakat kita. Kesadaran mempertahankan kebudayaan kita yang beragam serta tak hanyut oleh dinamisme pengaruh budaya Barat.

Sunday, June 27, 2010

ngerjain film tu ternyata nyenengin banget apalagi sama kelompok 4 tekom kelas A....

27/06/10

agenda hari ini: tekoman di kosan MELO
ngutak-ngatik rekaman video menggunakan pinnacle
bosen, gak bisa-bisa

nonton video keong racun *JOJO-SINTA* --> lagi hot2nya di youtube (pengganti video lunmay-ariel-cuttari
Hmmmm....cowok2 pada kegirangan liat dua cewek cakep gokil (http://www.youtube.com/watch?v=WweB8IvLlq4)

ganti *bosen gitu2 doang*

nonton video MOMOY PALABOY
Cewek2 gantian kegirangan, eh, cowoknya juga deng
#nowplaying Marimaaaaar AWWWWW
kocak abizzz

CUKUP! KAPAN NGERJAINNYA KALO GITUU??

Laperrrr....kucingan dulu dah. BIG BOSS kami Yudhi baik sekali, kita sekelompok ditraktir kucingan
Hehhe

Lanjut ngerjain...
Dian: udah liat banner kelompok kita?
All: mau, mau, mau!

Waaaaw Kereeeennnn
Foto dulu yook sama banner

Mana fotonya??

Tekoman hari itu berakhir dengan dua jam serius mengerjakan dan berjam-jam maen2
--a

Thursday, June 24, 2010

Tekom

Mau tahu mata kuliah favorit di semester 2 ini?

Hmmm, apa emang???

Yes, Sure, Teknik Komunikasi is the best. Sebenarnya apa aja sih yang dipelajarin di Teknik Komunikasi atau sering disingkat oleh anak-anak jadi Tekom??

Teknik Komunikasi. Hmmm, jelas dari namanya aja kita tahu bahwa mata kuliah itu pasti tak jauh dari yang namanya komunikasi. Mulai dari komunikasi dengan sesama (public relation), media-media untuk berkomunikasi seperti multimedia, poster, film, dan sebagainya.


Tahun depan boleh tuh ditambah apa lagi. . .hehhe

Wednesday, June 23, 2010

Film Steps Towards Our Dream

Film bergenre dokudrama yang dibuat oleh kelompok 4 tekom kelas A ini mengisahkan tentang seorang anak manusia yang prihatin melihat kondisi kotanya. Ia berkhayal mempunyai kota yang berlevel dunia.

Proses pembuatan film ini nggak mudah lho. Hmmm, ternyata bikin film tu nggak segampang nontonnya. Pengambilan gambar aja harus diulang-ulang gara-gara aktor dan aktris yang amatiran. Hooooh.

Tapi seru juga sih, bisa tambah deket sama temen-temen sekelompok, tambah kompak, dan bisa menyatukan ide sehingga apa yang kita harapkan bisa terlaksana dengan baik.

Capek bareng, ketawa bareng, dongkol bareng (dimarahin satpam, nego sama polisi), semuanya jadi nyenengin karena dilakukan bareng-bareng.

Sekarang syuting udah kelar, tinggal ngeditnya ini nih. Semoga aja bisa jadi seperti yang di harapin semua. Amieeen.

Pengen tahu kayak gimana ntar filmnya? COMING SOON! Gak lama lagi kok. Oke?? Be patient laaah :P

Sunday, June 20, 2010

Poster

Poster di sebelah ini hasil karyaku lho. Temanya kemacetan. Poster ini dibuat untuk menuhin tugas Tekom 2010. Gambarnya rame yaak??? Temanya kan kemacetan, so gambarnya sesuai dengan tema "crowded". Hahaha

Thursday, June 17, 2010

Skycrapper City

Saat pertama mendengar kata World Class City apa yang langsung terbersit di pikaran? Mayoritas orang awam pasti akan langsung membayangkan kota yang penuh dengan gedung-gedung pencakar langit dengan lampu-lampu gedung yang menerangi pekatnya malam.

Wajar memang, karena keberadaan pencakar langit sering menjadi kebanggaan dan sering dijadikan ukuran kesuksesan sebuah kota. Gedung-gedung pencakar langit kini kian menjamur seperti pohon-pohon yang berlomba untuk menjadi yang paling tinggi. Padahal, World Class City bukan hanya dilihat dari banyaknya dan tingginya gedung pencakar langit akan tetapi lebih mengarah kepada penataannya di dalam sebuah kota.

Kota Semarang, di satu sisi dianggap sebagai kota yang gedung-gedungnya tertata jika dilihat dari atas. Keteraturan tersebut diakibatkan oleh peraturan ketinggian maksimal gedung untuk keamanan penerbangan, karena letak Bandara Internasional Ahmad Yani berada di tengah kota.

Dampak dari peraturan tersebut di sisi lain seolah justru menghambat pembangunan gedung-gedung pencakar langit, sehingga beberapa pihak menganggap bahwa Semarang mengalami ketertinggalan dibangdingkan dengan kota-kota besar di Indonesia lainnya.

Lantas apa solusi alternatifnya? Sungguh disayangkan bila posisi bandara yang berada di tengah kota harus dipindahkan. Bandara yang merupakan gerbang masuk sebuah kota akan lebih membaur jika diletakkan di tengah kota. Belum lagi apabila harus dipindahkan tentu akan memakan biaya yang tak sedikit.

Ada sebuah ide yang bagus untuk membangun gedung pencakar langit di pinggiran kota atau kawasan peri urban. Dilihat dari segi ekonomi juga menguntungkan, dengan pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi terjadi pergeseran arti pusat kota. Kota modern kini menjadikan pusat kota sebagai tempat pertunjukan atau symbol kebudayaan dalam masyarakat, bukan lagi menjadi pemusatan orang dan pekerjaan yang padat seperti corak pusat kota di masa lalu.

Pencakar langit di peri urban akan merangsang pertumbuhan ekonomi kawasan dan pusat-pusat bisnis baru sehingga kepadatan kota menjadi merata. Infrastruktur hanya perlu lebih ditingkatkan lagi kualitasnya, tak perlu membangun yang baru.

Kota bawah diarahkan sebagai kota budaya, konservasi, pemerintahan, pariwisata dan hiburan. Kota atas untuk pertanian, agro, pendidikan, dan pariwisata. Sedangkan, kota barat dan timur dijadikan sebagai kota industry, pusat perdagangan, bisnis dan perumahan. Lalu pencakar langit berada di dua sisi kota seolah seperti kelopak bunga raksasa yang mengahadap ke Laut Jawa.