Pengen tahu REVIEW BOOK yang oke?? Atau pengen baca CERPEN karya orisinil dari anieztaa? Welcome to my worlds, It's all about "ANIEZTAA FEELS"

Sunday, September 5, 2010

The Amazing Tokyo

Well, udah lama aku ngefans sama Kota Tokyo. Akhirnya sekarang ada kesempatan buat bikin postingan soal serba-serbi Kota Tokyo dari mulai jaman samurai sampai sekarang ini. Kebetulan banget aku dapet artikel yang oke soal Kota Tokyo. Trus, berhubung ada tugas buat review perkembangan morfologi kota mata kuliah Morfologi dan Arsitektur Kota jadilah ini.

Kalo mau liat artikelnya bisa klik disini

Artikel yang menarik bukan? Perkembangan Kota Tokyo hingga menjadi metropolitan seperti sekarang ini memang tidaklah singkat. Perlu waktu sekitar 400 tahun hingga bisa menjadi seperti sekarang ini. Tokyo dulu hanyalah berupa Desa yang lebih dikenal dengan Edo. Edo dulu hanya merupakan kampung nelayan, yang terdiri dari hanya beberapa ratus rumah kumuh. Namun, sekarang bisa kita lihat bahwa Tokyo berkembang pesat menjadi salah satu kota metropolis yang maju dan padat.

Perkembangan Desa Edo menjadi kota metropolitan Tokyo diawali dengan mendaratnya kapal AS ke Edo. Kekaisaran pun akhirnya jatuh di bawah pengaruh kebudayaan Barat. Pemerintah yang baru ini lantas memulai proyek untuk modernisasi Jepang. Kebudayaan tradisional pun sedikit demi sedikit mulai disandingkan dengan kebudayaan Barat. Edo kini lebih dikenal oleh umum dengan Tokyo.

Tak berhenti di situ, Tokyo sempat mengalami guncangan akibat gempa dan juga bom yang telah menghanguskan sebagian besar Kota Tokyo. Namun, bangsa Jepang yang terkenal akan semangatnya yang pantang menyerah memulai tugas berat untuk membangun kota kembali. Dalam empat dasawarsa terakhir telah ditandai dengan pembangunan yang berkesinambungan dengan jalan-jalan yang kian menjalar serta gedung-gedung pencakar langit semakin banyak menjulang.

Tak heran lagi apabila saat ini Tokyo menjadi kota terpadat di dunia. Meskipun begitu, Tokyo sangat menyadari kebutuhan lahan hijau yang kini keberadaannya telah banyak terpinggirkan oleh bertambahnya gedung-gedung. Belum lagi ditambah dengan jumlah mobil di jalan raya, telah menimbulkan kenaikan temperature di Tokyo.

Lantas apa yang bisa diperbuat oleh pemerintah di sana untuk mengatasi masalah tersebut? Pemerintah Kota Tokyo menetapkan kebijakan untuk menyisihkan 30 persen dari atap bangunan gedung bertingkat sebagai areal hijau atau lanskap. Keberadaan taman atap tersebut tentunya sangat penting bagi siklus ekologi bagi kota padat seperti Tokyo.

Kota maju dan berteknologi seperti Tokyo memang pada awalnya tidak bisa lepas dari pengaruh bangsa Barat yang modern. Namun, masyarakat di sana pada akhirnya sadar dan tidak hanyut oleh kebudayaan Barat. Mereka masih mempertahankan kebudayaan dan peninggalan-peninggalan warisan leluhur terdahulu.

Bila lebih diperhatikan bentuk Kota Tokyo tak seperti kota-kota metropolis di Barat. Blok-blok permukiman yang menyusun Kota Tokyo merupakan tinggalan jaman Edo. Ukuran blok-blok tersebut tidak teratur, ada yang besar dan kecil. Berbeda sekali dengan Barat, yang membuat blok-blok permukimannya sama rata ukuran maupun bentuknya.

Selain itu kebudayaan asli Jepang mulai kembali dikembangkan, agar tidak punah. Justru inilah maka Tokyo terkenal dengan kebudayaannya oleh masyarakat mancanegara. Tak heran, banyak turis mancanegara tertarik untuk lebih mendalami berbagai kebudayaan asli Jepang.

Lantas, apa yang bisa kita petik dari ini semua? Tokyo bisa dijadikan contoh untuk memperbaiki kota metropolis kita, Jakarta. Jakarta saat ini hanya memiliki ruang terbuka hijau yang tak banyak jumlahnya. Sangat tidak seimbang dengan kepadatan penduduk, bangunan-bangunan pencakar langit, serta volume kendaraan. Tentunya itu membuat masyarakatnya tak nyaman tinggal di sana.

Kebijakan taman atap di Tokyo bisa dicontoh oleh Pemerintah Kota Jakarta. Menyisihkan 30 persen atap bangunan bertingkat untuk lahan hijau.

Tak hanya itu saja, semangat pantang menyerah dan kesadaran masyarakat Tokyo perlu dicontoh oleh masyarakat kita. Kesadaran mempertahankan kebudayaan kita yang beragam serta tak hanyut oleh dinamisme pengaruh budaya Barat.

No comments:

Post a Comment