Pengen tahu REVIEW BOOK yang oke?? Atau pengen baca CERPEN karya orisinil dari anieztaa? Welcome to my worlds, It's all about "ANIEZTAA FEELS"

Thursday, June 17, 2010

Skycrapper City

Saat pertama mendengar kata World Class City apa yang langsung terbersit di pikaran? Mayoritas orang awam pasti akan langsung membayangkan kota yang penuh dengan gedung-gedung pencakar langit dengan lampu-lampu gedung yang menerangi pekatnya malam.

Wajar memang, karena keberadaan pencakar langit sering menjadi kebanggaan dan sering dijadikan ukuran kesuksesan sebuah kota. Gedung-gedung pencakar langit kini kian menjamur seperti pohon-pohon yang berlomba untuk menjadi yang paling tinggi. Padahal, World Class City bukan hanya dilihat dari banyaknya dan tingginya gedung pencakar langit akan tetapi lebih mengarah kepada penataannya di dalam sebuah kota.

Kota Semarang, di satu sisi dianggap sebagai kota yang gedung-gedungnya tertata jika dilihat dari atas. Keteraturan tersebut diakibatkan oleh peraturan ketinggian maksimal gedung untuk keamanan penerbangan, karena letak Bandara Internasional Ahmad Yani berada di tengah kota.

Dampak dari peraturan tersebut di sisi lain seolah justru menghambat pembangunan gedung-gedung pencakar langit, sehingga beberapa pihak menganggap bahwa Semarang mengalami ketertinggalan dibangdingkan dengan kota-kota besar di Indonesia lainnya.

Lantas apa solusi alternatifnya? Sungguh disayangkan bila posisi bandara yang berada di tengah kota harus dipindahkan. Bandara yang merupakan gerbang masuk sebuah kota akan lebih membaur jika diletakkan di tengah kota. Belum lagi apabila harus dipindahkan tentu akan memakan biaya yang tak sedikit.

Ada sebuah ide yang bagus untuk membangun gedung pencakar langit di pinggiran kota atau kawasan peri urban. Dilihat dari segi ekonomi juga menguntungkan, dengan pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi terjadi pergeseran arti pusat kota. Kota modern kini menjadikan pusat kota sebagai tempat pertunjukan atau symbol kebudayaan dalam masyarakat, bukan lagi menjadi pemusatan orang dan pekerjaan yang padat seperti corak pusat kota di masa lalu.

Pencakar langit di peri urban akan merangsang pertumbuhan ekonomi kawasan dan pusat-pusat bisnis baru sehingga kepadatan kota menjadi merata. Infrastruktur hanya perlu lebih ditingkatkan lagi kualitasnya, tak perlu membangun yang baru.

Kota bawah diarahkan sebagai kota budaya, konservasi, pemerintahan, pariwisata dan hiburan. Kota atas untuk pertanian, agro, pendidikan, dan pariwisata. Sedangkan, kota barat dan timur dijadikan sebagai kota industry, pusat perdagangan, bisnis dan perumahan. Lalu pencakar langit berada di dua sisi kota seolah seperti kelopak bunga raksasa yang mengahadap ke Laut Jawa.

1 comment:

  1. wujudkan salatiga menjadi standart world class city kalo bisa hahaha

    ReplyDelete